Strategi membuat konten UI/UX

Riset berdasarkan UI/UX content creator populer di Indonesia

Idham
4 min readAug 29, 2023

Waktu masih jadi designer awal-awal, biasanya kita bakal mulai dari consuming content online yang biasanya dibuat oleh content creators entah itu komunitas atau individual.

Lama-kelamaan, karna kita udah mulai paham dan mungkin nemu konsep kalau cara belajar terbaik adalah dengan teaching, kita mulai kepikiran untuk buat konten sendiri.

Tapi masalahnya, once kita udah tau apa yang mau dibagikan ke sosial media, biasanya kita akan bingung gimana ngatur presentasinya biar engagement nya ada atau bahkan tinggi. Engagement tinggi bakal ningkatin exposure kita juga sebagai content creator dan akhirnya lead ke opportunities kayak networking hingga pekerjaan.

So, ini adalah riset yang aku lakuin sama 2 designers beberapa bulan yang lalu tentang bagaimana content creator di indonesia specifically untuk konten UI/UX ngatur strategi yang tepat untuk konten mereka hingga dapat engagement yang tinggi.

Findings riset ini lebih ke foundational principles, jadi kita bisa hubungin principle satu dengan yang lainnya dan 1 principle bisa punya banyak cara buat nerapinnya.

Konteks

Riset ini berfokus untuk nyari tau pola, strategi, atau formula yang sering dipakai sama content creator dalam membuat konten UX/UI. Content creators yang dijadikan objek riset disini adalah The Design Thinker, HaloDesigners, Dunia Dalam Desain, ADPList, dan NiceToMeetYou Studio.

Selain riset ke content creator, kami juga melakukan literature review ke beberapa artikel tentang cognitive bias, ini sesuatu yang berhubungan sama apa yang dilakuin sama konten kreator tadi.

Cognitive Bias

Illustration by Blush

Dari bacaan terkait cognitive bias, kami menemukan bahwa terdapat beberapa cognitive bias yang mungkin bisa dipakai untuk konten nanti, yaitu:

  • Bandwagon Effect → Join others in something most popular atau istilah sederhananya FOMO. Bias ini cocok untuk membangun trust dan popularitas/audiens. Contohnya ketika bikin konten tentang update Figma terbaru setelah acara Figma CONFIG, designers yang kebanyakan pakai Figma otomatis bakal engage dan gak mau ketinggalan.
  • Scarcity → Semakin sedikit semakin banyak yang mau, bias ini cocok untuk driving aquisition. Contohnya ketika ngasih diskon di konten event webinar kayak 10 orang pertama dapat diskon 20%.
  • Curiosity Gap → Bikin mereka kepo, kalo dianalogikan: orang ngebangun dinding, yang lain mau meliat apa yang dibalik dinding itu. Bias ini cocok untuk membangun engagement dan excitement. Contohnya adalah ketika DuniaDalamDesain bikin konten video clip tentang kelas mereka (insandesain) yang bikin audiens berasa kayak dapat materi dari kelas namun cuma sebagian, mereka jadi mau dapetin materinya lebih yang bikin mereka jadi mau join kelasnya.
  • Foot-in-the-door → Hook a user with a small deal before they lose interest or move on to another brand atau istilah sehari-harinya adalah “nyicip dulu”. Contohnya adalah ketika HaloDesigner ngasih free trial dari tutorial Design Systemnya buat ngebuktiin kalo konten full version nya bakal sebagus apa.
  • Affect Heuristic → Users judge by initial feeling. Bias ini cocok untuk membangun first impression dari konten nanti especially first content. Contohnya adalah setelah webinar audiens merasa senang/puas, besar kemungkinan webinar yang diadain selanjutnya dia bakal join walaupun mungkin topik nya enggak sesuai sama kebutuhannya.
  • Sunk Cost Fallacy → Ini kalau dianalogiin dialog kayak: “Gue udah ngeluarin duit segede gini masa mau relain gitu aja”, mereka udah invest effort ke lingkungan itu jadi gak mau ngelerain peluang yang udah tercipta. Bias ini cocok dipakai untuk hook audiens via workshop/webinar sebelum akhirnya di-driving ke bootcamp.

Content Patterns

Illustration by Blush

Dari content creators yang kami riset, kami menemukan pola konten yang sering mereka pakai, yaitu:

  • Product Overview & Condition

Contoh kasusnya adalah ketika HaloDesigner ngasih overview terkait bukunya, kondisinya juga dijelasin via ngasih outline dari isi bukunya dan screenshotnya. Kalau TDThinker dia ngasih tau lewat foto buku fisik.

  • QnA & Discussion

Pola ini bagus dipakai untuk membangun engagement atau meramaikan kolom komentar misalnya di kasus HaloDesigner dia pakai konten diskusi kayak “Software yang kamu pakai”, atau dari TDThinker dia ngebuka QnA terkait bukunya.

  • Fun & Relate condition

Kalau kontennya banyak yang relate jadi engagement-nya bakal tinggi juga, contoh kasusnya ketika NiceToMeetYou Studio ngasih tau kesulitan yang sering dialami klien tentang brand/visual.

  • Testimonial

Ini salah satu social proof untuk meningkatkan kepercayaan audiens lewat perkataan orang lain, bisa dari mentor, maupun dari student. Kita bisa liat kasusnya di insandesain by DuniaDalamDesain, dia ngasih testimonial dari student/mentor via video, kalau di HaloDesigner testimonialnya berupa screenshot chat outcome yang didapat pembaca bukunya (lulus hiring, implementasi metode, dsb).

  • Exclusive & Tiny Percent part of Product

Ini adalah pola dimana kita ngebagiin isi dari product kita ke publik sehingga bisa ngasih gambaran tentang kualitas product kita. Contoh kasus nya kalau di HaloDesigner dia nge-publish rekaman workshop jadi orang mau beli rekaman-nya, atau di TdThinker dia ngasih materi Confirmation Bias yang merupakan isi dari bukunya juga.

  • Teach in public

Pola ini bisa dipakai ketika kita mau membuat microblog yang materinya berasa dari speaker/keynote sebuah webinar/workshop. Sehingga yang nggak ikut acara tersebut tetap bisa merasakan pembelajaran, prinsip ini bisa dihubungkan juga dengan konsep curiosity gap.

  • Fear of Missing Out / Watch from the window

Keinspirasi dari insandesain by DuniaDalamDesain, mereka ngasih liat dokumentasi atau proses belajar yang terjadi di workshop, membuat orang-orang makin kepo dan ingin ikut juga, ini mirip sama konep curiosity gap juga.

  • Real Examples

Kalo kita ngeliat konten dari ADPList, mereka sempat publish tentang interview questions dari top company, ini pasti bakal menarik banget karena kontennya eksklusif dan gak cuma copy paste dari internet.

Dari semua findings di atas, bisa disesuaikan kembali mana yang bakal cocok buat kasus kamu, tiap konten punya karakteristik yang beda (microblog, documentation, webinar, dsb.) dan goal yang mungkin berbeda juga (beli produk, join webinar, subscribe, dsb.). Kalau fondasinya sudah kuat pasti bakal lebih gampang untuk membuat flow dan scenario engagement nya.

--

--

Idham

Write about craft, collaboration, strategy, and impact as a designer.